Judul : Nado Saranghae, Sunbae-ssi.
Author : cladecar12
Genre : Friendship, Romance, Teenager life(?)
Type : Chapter
Cast : Cho Kyuhyun (Super Junior), Seo JooHyun (SNSD), Choi Sooyoung (SNSD), Lee Sunny (SNSD), Im Yoona (SNSD), etc.
Annyeong! Part 2 nya nih. Maaf kalau agak pendek. Soalnya takut-takut pada gak suka.-. hehehe. Thanks banget sama yang udah ngasih saran, comment, sama like nya. Tetep comment dan like ya. Yang siders biarlah hanya dia dan tuhan yang tau. Okeh. Cekidot.-.
“Apa mereka bersama Kyuhyun sunbae?”
“Apa yang mereka lakukan?”
“Apa mereka meminta restu dari eomma-mu?”
“Atau mereka memintamu menjadi menantu mereka?”Tanya mereka bertiga berbondong-bondong dan semakin mendesak ku. Sementara aku hanya pasang tablo –tampang bloon-
“Hah?” hanya itulah yang keluar dari mulutku.
“ANIIIIII!! Semuanya salaaah! Mereka tidak berbuat apapun. Tapi kata eomma ku, dulu aku dan Kyuhyun sunbae itu dekat…”mereka hanya menatapku dengan tatapan yang errr sulit diartikan. Tidak memberikan respon.
“Lalu kami hanya mengobrol biasa kok.”ku berikan jeda disetiap kalimatku. Aneh.
“Kalian kenapa?”tanyaku bingung. Masih juga tidak ada yang menjawab. Ish. Lebih baik kekantin.
“Haish… daripada berbicara dengan patung lebih baik ke kantin sajalah.”ucapku cuek dan langsung membalikan badanku dengan kasar.
Seohyun pov end
Seohyun membalikan tubuhnya kasar. Namun setelah ia membalikan badannya, tiba-tiba kepalanya membentur sesuatu dan penerangannya berkurang, bukan karena ia pingsan setelah menubruk benda itu. Namun seseorang dengan tegapnya sedang berdiri tepat tidak lebih dari 5 cm di hadapannya. Ia mematung.
Seohyun pov
“Wae?”kata orang yang berada di depanku saat ini. Sepertinya aku kenal suara ini. Aku mendongakkan kepalaku. KYUHYUN SUNBAE!! Dan astaga.. betapa aku menyesali perbuatan ini yang membuat wajahku dan wajahnya sangat dekat. Membuatku lupa caranya bernapas untuk sesaat.
“Malu karena tertangkap basah membicarakan orang?”Tanyanya membuyarkan pikiranku. Aku segera menjauhkan badanku darinya.
“Mm.. Mmmm.. Bukan begitu, sunbae-ssi…”sergahku.
“Lalu?”ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. LAGI. Wajah kami tidak lebih dari 5 cm! Aku segera menjauhkan badanku lagi.
“Aku… aku hanya.. menjawab pertanyaan mereka, sunbae-ssi.”ucapku gugup. Baboyaa..
“Ayo ke kantin! Oh, nde. Kalian mau ikut?” ucapnya sambil menengok ke belakangku. Nde? Oh bahkan aku hampir lupa Sunny, Yoona, Sooyoung masih ada di sana.
“Mmmm… Sunbae, sepertinya kami tidak ke kantin saat ini. Kami ingin ke perpustakaan. Kami duluan ne. Pai Seo, Annyeong Sunbae!”ucap Yoona dan mereka bertiga langsung kabur begitu saja??? Apa-apaan itu?!
“Yasudah.. Kajja!”Ucapnya dan menggandengku secara tiba-tiba. Mataku sontak melotot, namun mulutku seolah aku tidak bisa berbuat apapun. Dan akhirnya kami bergandengan tangan sampai kantin. Banyak yang melihat kami dengan penuh arti. Kalau namja sih biasa saja. Yang yeoja! Menyeramkan.
“Emm… Sunbae-ssi.”ucapku pelan.
“Ne?”jawabnya.
“Itu.. Tanganku… Bisa tolong lepaskan?”tanyaku.
“Ani.” MWOOOO???!!
“Kau tau Yoong? Tadi kalian tega sekali..”bisikku pada Yoona yang ada disebelahku. Disinilah kami. Pelajaran Yesung songsaenim yang membosankan. Pelajaran yang sudah membosankan, sulit pula haish.
“Tega apanya? Seharusnya kau berterimakasih kepada kami, Seo.”ucapnya mengejek.
“Haish sepertinya keadaan batinku beberapa hari kedepan tidak akan baik. Hufftttt…”ucapku lirih.
“Itu sih deritamu.” Celetuk Yoona agak cekikikan dan melanjutkan catatannya.
“YAAAAK!!” teriakku lantang.
Seketika semua murid di kelas memusatkan pandangannya kearahku. Termasuk Yesung saem! Sementara aku hanya bengong. Masih tidak percaya dengan kebodohan yang bahkan baru saja terjadi.
“Seohyun, kau tau jalan keluarkan? Silahkan.”ucap Yesung saem tenang. Huftt…
Sudah 3 kali aku melewati lorong ini. Hmmmm. Betapa membosankannya. Dikelas bosan. Sekarang malah bingung mau melakukan apa.
Eh? Bunyi piano?
Dari gudang? Gudang yang katanya angker itu? Mungkinkah itu hantu? Tapi benarkah hantu bisa memainkan piano seindah ini? Apa ada sejarah sekolah ini yang mengatakan ada murid berbakat yang meninggal di gudang ini? Kurasa tidak.
Dengan perasaan campur aduk. Antara takut tertegun bingung penasaran yang menjadi satu, aku memberanikan diriku untuk mendekati gudang itu. Pintunya memang agak terbuka sehingga membuat suaranya semakin jelas. Saat tiba di depan pintu persis, aku melongok(?)kan kepalaku agar bisa melihat dengan lebih jelas.
Sesaat ketakutanku hilang. Berubah menjadi rasa tertegun yang amat sangat. Kyuhyun sunbae sedang memainkan sebuah piano tua dengan sangat indah. Tangannya dengan lihai memencet tuts-tuts piano itu. Melodinya sangat indah. Menyayat hati dengan penuh emosi. Tak sadar aku memejamkan mataku menikmati permainannya itu masih dengan berdiri di dekat pintu.
MIAAAW… MIAAWWW….
KUCING?!!!
Aku langsung tersentak dan menerobos masuk ke dalam gudang itu. Bersembunyi di balik pintu dan mengintip kea rah kucing tadi. Sejak kapan sekolh ini memelihara kucing?!! Aaaaa aku benci kucingggg!!!!!!!!!!
“Seohyun?”
Bodohnya aku melupakan penghuni ruangan ini. Tertangkap basah 2 kali. Eottokkhaeee???
Perlahan aku membalikkan badanku ke arahnya yang sekarang berdiri di depan piano tua itu. Rasa gugup menyelimutiku begitu ia menatapku. Bahkan aku bisa merasakan tatapan tajamnya kepadaku walaupun aku menunduk dan jarak kami tidak bisa dibilang dekat.
“Emm… Mianhae sunbae. Tadi aku em.. aku hanya.. menghindari kucing di depan pintu tadi. Eh iya.”ucapku terbata-bata.
“Kalau bukan itu alasan utamanya juga tidak apa.”ucapnya. aku tidak mengerti apa yang diucapkannya. Belum sempat aku berpikir tentang ucapannya, ia sudah menarik pergelangan tanganku dan mendudukkan ku di kursi tepat di depan piano tua itu. Lalu ia duduk disebelahku. Aku menatapnya bingung.
“Kau bisa bermain piano kan? Kau ingat lagu ini?”tanyanya lalu jemari-jemarinya kembali memainkan sebuah lagu.
Lagu ini. Lagu masa kanak-kanakku yang sangatku ingat. Mulutku mengikuti piano ini, menyenandungkan lagu ini. Dan mulai menyanyikannya.
Were lemondrops and lollipops
Oh, if all the little raindrops
Were lemondrops and lollipops
Oh, what a rain that would be!
Standing outside, with my mouth open wide
Singing La la la la, la la la, la la la, la la la
La la la la, la la la, la la la, la
Kyuhyun sunbae ikut menyanyikan lagu ini menambahkan warna pada lagu ini melalui setiap nada yang lembut. Alunan suara kami berdua menggema di seluruh penjuru gudang ini.
Were candy bars and milkshakes
Oh, if all the little snowflakes
Were candy bars and milkshakes
Oh, what a snow that would be!
Standing outside, with my mouth open wide
Singing La la la la, la la la, la la la, la la la
La la la la, la la la, la la la, la
If all the little sunbeams
Were bubblegum and ice cream
Oh, if all the little sunbeams
Were bubblegum and ice cream
Oh, what a sun that would be!
Standing outside, with my mouth open wide
Singing La la la la, la la la, la la la, la la la la la la la, la la la, la la la, la
Ia memberikan sentuhan terakhirnya pada lagu itu. Menyenangkan. Bahkan sangat menyenangkan. Ia menatapku dan tersenyum sumringah. Aku membalas senyumnya.
“Gomawo, tadi sangat menyenangkan.”ucapnya.
“Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa tahu lagu itu?” tanyaku penasaran. Ia mengernyitkan dahinya. Bingung. Namun tak menjawab.
“Lagu itukan hanya aku dan Kyu oppaku yang……..”sontak aku membekap mulutku. Seakan baru ingat bahwa orang yang sedang berada di depanku inilah orang yang ku sebut ‘kyu oppaku’ itu.
“Jadi sekarang kau ingat?” aku tidak menjawab. Masih dalam posisi membekap mulutku dengan mata melotot, aku mengangguk pelan.
“Dan siapa yang kau sebut ‘Kyu oppamu’ itu?”ucapnya mengejek.
Wajahku memanas seketika. Tertangkap basah 3 kali. Hm. Biasanya aku tidak segugup ini. Saat gugup pun pasti otakku masih bisa dipakai untuk berpikir. Namun sekarang semuanya seperti mati rasa.
KRIIING……KRINGGG……
OMO! Sudah bell! Aku segera bangkit dari tempat dudukku. Merapikan sedikit rambut dan rokku.
“Sunbae, aku harus kembali ke kelas. Maaf sempat mengganggumu. Annyeong.”ucapku cepat dan bergegas meninggalkan gudang. Namun tanganku tertahan oleh tangan seseorang. Tangan siapa lagi kalau bukan dirinya?
“Panggil aku oppa!”
Aishh…. Menyebalkan. Hujan. Tidak ada yang menjemput. Tidak bawa paying. Lapar. Ironis sekali keadaanku saat ini… Eommaaa, anakmu kedinginan disini..
Kugosokan kedua tanganku ke lenganku, berharap itu bisa membuatku lebih hangat. Ya disinilah aku, duduk berdiam diri diruang tunggu didepan sekolah.
Seketika pikiranku melayang ke kejadian di gudang tadi. Saat dirinya memainkan piano tua itu dengan sangat indah, garis wajahnya yang mengagumkan saat menikmati permainannya sendiri, saat ia membuatku lupa bernafas dengan menatapku tajam. Entah apa yang membuatnya menjadi hobi bagi otakku untuk terus mengingatnya.
“Seo!”
“Seohyun!”
Bahkan disaat seperti ini pun aku masih bisa-bisanya berhalusinasi mendengar suaranya…. Ku pejamkan mataku menikmati suara hantaman jatuhnya air ke permukaan jalan. Menenangkan.
“Hey, Seohyun!!”
Seketika aku tersentak kaget saat seseorang menoyor dahiku. Keterkejutanku bertambah saat menyadari bahwa yang menoyor dahiku tadi adalah Kyuhyun sunbae. Darahku dan wajahku memanas seketika.
“Tidak dijemput?”ucapnya sambil duduk tepat di sebelahku.
“Mmm.. iya.” Ucapku pelan.
“Kenapa tidak bersama temanmu tadi?”
“Ia bersama temannya.”
“Kaukan juga temannya.”
“Ini berbeda.”
“Berbeda apanya?”
“Ini teman lelakinya.”
“Oh, pantas.”
Percakapan selesai dan kami hanya diam satu sama lain. Aku hanya sibuk menarik dan mengeluarkan napasku berharap supaya jantungku bekerja kembali sesuai dengan temponya. Berada didekatnya membuatku tersiksa. Tersiksa sampai-sampai membuatku kualahan mengembalikan fungsi kerja jantungku. Sementara Kyuhyun sunbae, sepertinya ia tenang-tenang saja. Seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Tetap tenang seperti biasanya. Benar-benar cassanova.
10 menit…..
“Mau pulang bersamaku?”tanyanya kepadaku.
“Bukankah rumah sunbae tidak searah dengan rumahku?”
“Jadi tidak mau? Yasudah …”ucapnya dan berdiri dari tempat duduknya.
“Aaa.. Sunbae, bolehkah aku ikut?”ucapku ragu-ragu.
“Tentu.. untuk apa aku menawarkanmu kalau aku tidak memperbolehkanmu Seoo..”ucapnya sambil mengacak halus rambutku. Aku hanya cengar-cengir menjawabnya.
Ia melepas jaketnya, lalu merangkul pundakku dan memposisikan jaketnya diatas tubuhku sementara tubuhnya tidak terlindungi oleh jaketnya sendiri. Baru saja hendak protes, ia sudah mengajakku berlari kecil menerjang derasnya hujan untuk ke parkiran motor. Sesampainya di parkiran motor, ia segera menaiki dan menyalakan motornya.
“Pakai jaketnya dan cepat naik..”ucapnya sambil mengenakan helmnya padaku.
“Emm, sunbae tidak pakai helm?”tanyaku padanya.
“Tidak usah. Cepaatlaah, nanti kau sakit.”ucapnya tergesa-gesa padaku. Aku langsung menyusul dibelakangnya. Ia menarik tanganku untuk melingkar di perutnya. Setelah itu ia langsung melajukan motornya dengan cepat.
Dari posisiku sekarang ini, dapatkurasakan tubuhnya menggigil. Ia tidak pakai jaket ataupun helm setidaknya untuk sebagian tubuhnya supaya sedikit terhindar dari hujan, ia malah memberikannya padaku. Ku eratkan pelukanku pada tubuhnya, mencoba memberikan sedikit kehangatan untuknya. Ada perasaan khawatir di dalam diriku.
Setelah beberapa menit, kami sampai dirumahku. Dengan cepat ia merangkulku dan sedikit menarikku untuk berlari kecil ke depan pintu rumahku. Ia berdiri dihadapanku. Melepaskan helm di kepalaku. Sesaat kami hanya saling menatap. Aku memandangnya khawatir. Terang saja, wajahnya pucat, bibirnya tidak lagi seperti tadi, dan badannya menggigil. Sementara ia memandangku dan tersenyum kepadaku. Memperlihatkan deretan giginya seakan meyakinkanku bahwa ia tidak apa-apa.
“Kau tidak masuk?” tanyanya padaku dengan badan yang masih menggigil.
“Sunbae akan langsung pulang?” tanyaku balik. Ia hanya tersenyum tanda ia meng-iyakan.
“Tunggulah disini dulu, sunbae.. setidaknya sampai hujannya berhenti.” Bujukku padanya.
“Tidak usah. Kau masuklah. Cepat ganti bajumu. Nanti kau sakit.”ucapnya lagi. Aku mendengus.
“Yasudahlah, aku pulang dulu. “ ucapnya sambil menaruh tangannya di kepalaku dan mengelus lembut rambutku. Pipiku memanas. Aku hanya mampu menunduk. Ia mulai berjalan meninggalkanku. Perasaanku tidak enak. Seperti tidak mengizinkannya untuk pergi sekarang. Aku meraih ujung ranselnya.
“Tinggalah sebentar, sunbae. Aku takut kau sakit.”ucapku. Ia hanya tersenyum membalasnya…
“ Tidak akan, Seo.”ucapnya sambil menepukkan tangannya lagi dikepalaku. Entahlah, aku menyukai saat ia menepukkan tangannya ke kepalaku.
“Ne, hati-hati sunbae…”ucapku. Ia berbalik dan mulai berlari kecil menerjang hujan kearah motornya. Namun tiba-tiba ia berhenti. Tubuhnya linglung dan ia terjatuh. Kuhampiri dirinya yang terbaring disana. Tak kuperdulikan tubuhku yang basah kuyup karena terkena air hujan. Bibirnya pucat pasi. Nafasnya dingin.
Panic dan bingung langsung menghampiriku. Panic karena takut ia kenapa-kenapa, bingung karena aku tidak tahu bagaimana caranya membawanya yang sudah pasti lebih berat dariku.